Selasa, 29 Oktober 2013

Berikan Yang Terbaik....

Mungkin diantara kita masih bersama dengan orang-orang yang kita sayangi. Maka manfaatkanlah sisa umur kita untuk memberikan yang terbaik untuk mereka sebelum tiba waktunya...
Yaitu............. Ajal menjemput dan ditiupkannya sang sakakala
Tidakkah kita tahu Allah menjelaskan dalam Surat 'Abasa ayat 33-42:
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka Itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
Status fb Moslem Channel

Membaca "bismillah" sebelum makan

Baca "bismillah" sebelum makan, paling-paling butuh 2 detik buat bacanya. Tapi, kalo ini dibahas fiqih-nya, mulai dari hadits-haditsnya (termasuk ngumpulin semua jalan-jalannya, pembahasan rawinya, derajatnya, dst.), juga hukumnya, kapan bacanya, keutamaannya, akibatnya kalau ditinggalkan, syarah makna "bismillah"-nya, hubungannya dengan setan, daaan perkara lainnya yang masih berkaitan, sangat-sangat bisa jadi buku berjilid-jilid.
bacanya cuma 2 detik, ilmunya bisa berjilid-jilid.
seenggaknya dari sini kita bisa ambil faedah:
* ternyata engga ada perkara remeh dalam agama ini
* ternyata syariat Islam itu sempurna, semua perkara ada bimbingannya
* ternyata memang sangat-sangat layak kalau ahli ilmu itu lebih utama dari ahli ibadah
* ternyata kita (apalagi ane) masih sangat-sangat jahil, banyak ilmu dalam agama ini yang belum kita ketahui
daan faedah lainnya...
Status fb Yulian Purnama

Kamis, 24 Oktober 2013

Syair Imam Syafi'i -rohimahulloh-

Syair Imam Syafi'i -rohimahulloh-:

تعَمَّدْني بِنُصْحك فِي انفرادي *** وجَنِّبْني النصيحةَ في الجماعَةْ
فإنَّ النُّصحَ بين الناسِ نوعٌ *** من التوبيخ لا أرضَى اسْتِماعَهْ
وإنْ خالفْتَني وعصيْتَ قولي *** فلا تجزعْ إذا لم تُعطَ طاعَةْ

Sengajalah menasehatiku saat ku sendiri
Jauhkan aku dari nasehat di depan khalayak ramai

Karena nasehat di tengah manusia itu bentuk mempermalukan
dan aku tidak rela untuk mendengarkan

Dan jika perkataanku ini tidak engkau ikuti
maka jangan kaget bila nasehatmu tidak ditaati

(Diwan Imam Syafi'i, hal: 96)

=========

Sekelas Imam Syafi'i saja, tidak mau mendengarkan nasehat yang disampaikan di hadapan manusia... maka bagaimana orang yg jauh di bawah beliau -ketakwaan dan keikhlasannya-, akan mau mendengarkannya?!

Sebagian orang menampakkan diri sebagai penasehat... sebagai penjaga benteng agama... sebagai orang yg peduli untuk menjaga masyarakat dari kesesatan... dst... tp sayang TERSELIP di hati kecilnya -disengaja atau tidak- rasa ingin menjatuhkan SAUDARANYA... wallohul musta'an.
*copas status ust Musyaffa' ad Dariny

Selasa, 22 Oktober 2013

Yang Terbaik Adalah Pilihan Allah Untukmu...

Sesungguhnya Allah lebih mengetahui kemaslahatan yang terbaik bagi seorang hamba daripada hamba itu sendiri...karena Dialah yang mencipta sang hamba, dan Pencipta lebih paham tentang ciptaannya.

Kita boleh berencana...boleh bercita-cita, tapi... yakinlah.. jika kita telah berusaha dan berdoa maka keputusan Allah itulah yang terbaik bagi kita, meskipun terkadang menurut kasat mata kita itu adalah buruk bagi kita.

Seorang ulama salaf berkata : Aku heran dengan seseorang yang tidak ridho dengan pilihan Allah untuknya....!!!, dia yang lebih mengetahui kemaslahatan dirinya ataukah Penciptanya??


Ust. Firanda Andirja MA
status : Naashir As-Sunnah

Janganlah Bersedih Jika Anda Sedang Terkena Musibah Atau Sakit..

Ridholah pada ketetapan Allah dan bersabarlah. Karena bisa jadi itu salah satu cara Allah Ta'ala menghapus dosa dosamu.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا ».

Dari Ibnu Mas’ud radhiallhu 'anhu bahwa Rasulullah shalallhualaihiwasalam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa gangguan berupa sakit dan lainnya, melainkan dengan itu Allah hapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”

{Shahih, diriwayatkan Al-Bukhari (5674) dan Muslim (2571)}

Semoga Allah menyembuhkan dan memberikan kita kesabaran, aamiin...
 status: Naashir As-Sunnah

Senin, 21 Oktober 2013

Urusan Macet Karena Maksiat

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

وَمِنْهَا تَعْسِيْرُ أُمُوْرِهِ عَلَيْهِ فَلاَ يَتَوَجَّهُ لِأَمْرٍ إِلاَّ يَجِدُهُ مُغْلَقًا دُوْنَهُ أَوْ مُتَعَسِّراً عَلَيْهِ, وَهَذَا كَمَا أَنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ جَعَلَ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا, فَمَنْ عَطَّلَ التَّقْوَى جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ عُسْرًا, وَيَالله الْعَجَب كَيْفَ يَجِدُ الْعَبْدُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالْمَصَالِحِ مَسْدُوْدَةً عَنْهُ مُتَعَسِّرَةً عَلَيْهِ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ مِنْ أَيْنَ أَتَى

"Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tersebut tertutup baginya, sulit untuk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barang siapa yang membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan telah tertutup di hadapannya dan sulit baginya, lantas ia tidak tahu kenapa bisa hal ini menimpanya ??!!" (Al-Jawaab al-Kaafi)

Maka jika anda merasa urusan-urusan anda sulit dan terhambat bahkan sering gagal…maka koreksilah diri anda…jangan-jangan pakaian ketakwaan anda mulai anda tanggalkan sedikit demi sedikit.

Sebaliknya jika anda dimudahkan urusannya…bahkan datang rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, maka semoga itu semua adalah kabar baik akan pertanda ketakwaan anda. Allah berfirman

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (QS At-Tholaaq :2-3)

Adapun jika anda terus bermaksiat akan tetapi rizki dan urusan terus lancar maka waspadalah…jangan-jangan itu adalah istidroj.

Via: www.firanda.com

Pelajaran Hidup Yang Indah


Ketika menelusuri sebuah jalan di kota Bashrah, Al Atabi melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang bersendau gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiap kali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.

Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Siapa laki-laki tersebut?”
“Dia suamiku”

“Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan” Al Atabi meneruskan pertanyannya.
“Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?”

Al Atabi kemudian meninggalkan wanita itu disertai kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad, juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya.

Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

Berpikir Sebelum Berkata


(Al-Ustadz Fariq Gasim Anuz hafizohulloh)

Ada kata-kata Hikmah, " Tidak setiap yang diketahui berarti boleh diucapkan, tidak setiap yang boleh diucapkan berarti boleh diucapkan kepada setiap orang, dan tidak setiap yang boleh diucapkan kepada sebagian orang berarti boleh diucapkan di setiap keadaan".

"Tidak setiap yang diketahui berarti boleh diucapkan". Seorang yang bijak memilih diam daripada ia berbicara yang menimbulkan perselisihan atau permusuhan. Jika kita mengetahui aib atau kekurangan pribadi saudara seIslam maka hendaknya kita menutupinya, tidak menyebutkan apalagi menyebarluaskannya. Disamping itu hendaknya kita mendoakan kebaikan untuknya dan berusaha memperbaikinya dengan cara-cara yang baik. Adapun ilmu syar'i, kita tidak boleh menyembunyikannya. Yang boleh adalah menundanya sampai datang waktu yang tepat untuk menyampaikannya.

Orang bijak, ia akan berpikir sebelum berkata dan menjaga lisannya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menjaga lisan adalah agar jangan sampai seseorang mengucapkan kata-kata yang sia-sia, hendaklah ia berkata yang memberikan manfaat bagi agamanya. Apabila ia akan berbicara hendaklah ia pikirkan, apakah ucapan yang akan ia sampaikan bermanfaat atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah ia diam, apabila bermanfaat hendaklah ia pikirkan lagi, adakah kata-kata yang lebih bermanfaat atau tidak? Sehingga ia tidak menyia-nyiakan waktunya.” (dari kitab Ad Da’u wad Dawa’)

"Tidak setiap yang boleh diucapkan berarti boleh diucapkan kepada setiap orang". Jika kita punya masalah maka kita boleh mengutarakan dan minta pendapat dari orang tertentu yang diharapkan bisa menjaga rahasia dan memberikan saran atau solusi. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah mengumpulkan kaum Anshar dan menasehati mereka tanpa mengikutsertakan kaum Muhajirin ketika ada ketidakpuasan dari anak muda Anshar yang menganggap Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam sudah melupakan kaum Anshar dengan memberikan harta rampasan perang kepada para mualaf (orang yang dilembutkan hatinya) Makkah lebih banyak dari mereka.

"Tidak setiap yang boleh diucapkan kepada sebagian orang berarti boleh diucapkan di setiap keadaan". Istri ingin mengutarakan permasalahan rumah tangga hanya kepada suaminya. Tidaklah tepat jika ia menyampaikannya saat suami pulang kerja dalam keadaan letih dan lapar. Seseorang ingin bergurau dan tertawa bersama temannya, tapi bukan pada tempatnya jika bergurau dan bercanda saat melayat atau mengantarkan jenazah.

Kesimpulannya kita harus berpikir dan hati-hati sebelum berkata agar kita selamat dari keburukan dan kerugian di dunia dan akhirat. Ada ungkapan peribahasa, "mulutmu harimaumu". Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, " sangat mengherankan, orang yang mudah menghindari dari memakan barang yang haram, berbuat dzalim, berzina, mencuri, minum-minuman keras, memandang pandangan yang diharamkan tapi sulit untuk menjaga lisannya, sampai-sampai seseorang yang dipandang sebagai ahli agama, zuhud, gemar ibadah, tetapi dia berbicara dengan ucapan yang membuat Allah murka padanya, disebabkan ucapannya tersebut tanpa ia sangka-sangka menyebabkan ia terjerumus ke neraka jahannam lebih jauh antara jarak timur dan barat. Betapa banyak orang yang lisannya dibiarkan kesana kemari menodai kehormatan orang-orang yang hidup dan yang telah meninggal dunia tanpa mempedulikan akibat dari kata-kata yang diucapkannya". (Adda'u wad dawa')

Nabi Shallallhu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata, ia tidak memikirkan (apakah baik atau buruk) di dalamnya, maka ia tergelincir disebabkan kata-kata itu ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat.” (Muttafaq Alaihi)
Ya Allah, selamatkanlah kami...

Berbaur dengan masyarakat, tidak tampil beda


Dalam suatu hadits Bukhari-Muslim, diceritakan tentang seorang Arab Badwi (daerah gurun/desa pinggiran) yang mengajukan beberapa pertanyaan penting dan mendasar kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, ketika beliau sedang berkumpul bersama para sahabatnya di masjid.
Namun yang menarik, dalam riwayat lain, diceritakan bagaimana ketika orang Badwi tadi masuk ke masjid. 

Dari Abu Hurairah, beliau mengatakan:
ﺑَﻴْﻨَﻤَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻊَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﺟَﺎﺀَﻫُﻢْ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺒَﺎﺩِﻳَﺔِ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺃَﻳُّﻜُﻢُ ﺍﺑْﻦُ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻤُﻄَّﻠِﺐِ؟
"Ketika Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki Badwi lalu bertanya: 'siapakah diantara kalian yang merupakan cucu Abdul Muthalib?'"
Jadi lelaki Badwi ini hendak mencari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, seorang Rasul, namun dia melihat tidak ada orang penampilannya mencolok atau beda sendiri. Sehingga dia perlu bertanya. Ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam berbusana dan berpenampilan sebagaimana para sahabat, tidak beda sendiri, tidak mencolok perhatian, walaupun beliau seorang yang paling mulia di antara mereka.
Demikian, ada baiknya kita juga dapat meniru akhlak beliau Shallallahu'alaihi Wasallam ini, yaitu dengan berpenampilan yang sejenis dan serupa dengan keumuman masyarakat sekitar. Tidak tampil beda sendiri dan mencolok. Banyak sekali manfaat dan faidah yang didapat dari sikap yang demikian. Namun tentunya, selama bukan pakaian atau penampilan yang melanggar syari'at.
(Faidah dari Ustadz Badrusalam, Lc. dalam kajian beberapa pekan lalu)
via Ustadz Yulian Purnama

Minggu, 20 Oktober 2013

Untaian Perkataan Ibnul Jauzi rahimahullah Yang Menggetarkan Hati Para Dai


beliau berkata :
((Sungguh suatu hari aku di majelisku maka aku melihat di sekitarku lebih dari 10 ribu hadirin, tidak seorangpun dari mereka kecuali trenyuh/luluh hatinya atau meneteskan air mata (*karena nasehat dan ceramahku).

Akupun berkata pada jiwaku : Bagaimana nasibmu jika mereka seluruhnya selamat (*di akhirat) sedangkan engku celaka??. Maka akupun berucap dengan lisan perasaanku :

Wahai Tuhanku..., wahai Tuhanku...jika kelak Engkau menetapkan untuk mengadzabku maka janganlah Engkau mengabarkan kepada mereka tentang tersiksanya aku... demi untuk menjaga kemuliaanMu bukan demi aku, agar mereka tidak berkata : Allah yang telah ditunjukan/diserukan oleh Ibnul Jauzi telah mengadzab Ibnul Jauzi)) [lihat Soidul Khootir hal 78]

By: Ust. Firanda Andirja

Dua Raka'at Penghapus Dosa

Ya Allah, betapa Engkau sangat belas kasih kepada para hamba-Mu. Engkau telah membukakan pintu kasih sayang-Mu kepada mereka.

(Sebagaimana dalam sabda Rasul -pent), "Tidaklah seorang hamba berbuat dosa, kemudian dia berwudhu dengan baik, kemudian dia shalat dua raka’at, kemudian beristighfar memohon ampun pada Allah, kecuali Allah kan mengampuni dosanya."

Dr. Ibrahim ad Duwaisy | Twit Ulama
(Nahimunkar.com)